Let's enjoy

Minggu, 16 Maret 2014

Review Artikel



BULELENG FESTIVAL 2013
Oleh Jajang Suryana

Rangkaian "Pesta 17 Agustusan", di Buleleng, Bali Utara, diadakan berbagai kegiatan yang melibatkan banyak pelaku seni rupa belia dimulai dari kegiatan mewarnai gambar, menggambar ilustrasi, dan menggambar karikatur. Kegiatan ini   diselenggarakan di sekitar rumah dinas Bupati Buleleng yang diikuti oleh kalangan belia dari tingkat TK, SD, SMP, SMA, hingga mahasiswa. Suasana sangat meriah dan ramai karena hajatan ini melibatkan peserta lomba dari berbagai sudut lokasi sekolah di kawasan Buleleng yang dikerahkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng.
Ketika tangan kekuasaan (pemerintah) memaksa sekolah untuk turut serta dalam lomba olah seni, membuat kegiatan yang jarang bisa melibatkan banyak peserta ini menjadi sangat kondusif. Hamper keseluruhan sekolah mengirimkan peserta lomba untuk ajang ini. Memang seharusnya seperti itu. Pemerintah harus turut serta dalam menghidupkan kegiatan seni, mengingat Bali sebagai destinasi wisata yang bergantung pada kesenian.
Tidak hanya senirupawan belia, dalam Buleleng Festival (Bulfest) 2013 ini, juga dijadikan ajang  untuk pameran lukisan-lukisan karya senirupawan Buleleng. Pameran lukisan digelar untuk melengkapi kegiatan Bulfest ini. Tidak hanya itu, ada pula pameran kuliner Buleleng yang digelar di Jalan Veteran, depan kantor Bupati Buleleng.
Menurut saya, acara tersebut sangatlah tepat jika diadakan setiap tahunnya. Acara itu memiliki banyak manfaat dan dapat melibatkan berbagai belah pihak. Terutama sekali bagi siswa dan seniman lainnya. Untuk kalangan pelajar, dengan adanya lomba mewarnai gmbar ataupun lomba lainnya, akan dapat melahirkan ide-ide baru dan menumbuhkembangkan kreasi anak-anak dalam hal karya seni. Bagi seniman lainnya, akan sangat tepat jika festival ini dijadikan sebagai ajang untuk memperkenalkan karyanya kepada public. Bahkan seharusnya tidak hanya seniman Buleleng saja, melainkan dari berbagai kabupaten ataupun provinsi.

Sumber: http://rupasenirupa.blogspot.com

PROSES PEMBUATAN BATIK SEDERHANA

Pada perkembangan pendidikan sekarang ini, kurikulum terus berganti sesuai dengan perubahan yang berganti begitu cepat. Hal ini akan sangat berdampak bagi seorang guru yang merupakan pelaksana utama dari proses pendidikan. Jika kita melihat dan cermati maka sekarang memang telah diterapkan kurikulum 2013 meskipun belum semua sekolah menerapkannya. Kurikulum 2013 menerapkan system pembelajaran tematik yaitu pembelajaran dengan memadukan berbagai mata pelajaran dalam satu tema sehingga pembelajaran menjadi bermakna. Dalam pembelajaran ini guru harus pintar-pintar mengaitkan berbagai pelajaran agar pembelajaran lebih terarah dan terpadu. Selain itu guru juga perlu perencanaan yang matang sebelum mengajar. Salah satu contohnya adalah memadukan pelajaran seni rupa, IPA, dan Bahasa Indonesia dengan cara pembuatan batik sederhana. Batik itu sendiri merupakan karya asli bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan, sehingga dengan siswa belajar hal tersebut siswa akan lebih merasa memiliki atas karya seni bangsanya sendiri. Ketiga pelajaran tersebut bisa dipadukan sekaligus, yaitu dalam pelajaran seni rupa pembuatan batik dapat dijadikan sebagai ajang untuk belajar membuat motif-motif serta pemilihan warna yang padu dan indah. Dalam IPA, pembuatan batik dapat menggunakan benda-benda di lingkungan alam yang kemudian dituangkan dalam motif batik. Dalam Bahasa Indonesia, setelah pembuatan batik selesai siswa dapat membuat cerita sendiri berdasarkan hasil karyanya.
       Batik yang akan dibuat tentu bukan batik seperti batik pada umumnya, melainkan hanya batik sederhana saja. Seperti namanya batik sederhana, bahan yang digunakan juga sangat sederhana dan mudah didapat. Adapun bahan yang digunakan diantaranya lilin warna/crayon berbagai warna, cat air, kuas nomor 7, palet, dan kertas gambar. Alat yang disebutkan tadi tentu berbeda dengan alat pembuatan batik pada umumnya yang biasanya menggunakan canting maupun kain. Dalam pembuatan batik sederhana ini menggunakan pewarna yang berupa cat air dan perintang yang berupa crayon. Nantinya akan dibuktikan bahwa kedua hal tersebut tidak bisa menyatu. Adapun proses pembuatan batik sederhana tersebut yaitu :
Ø Langkah pertama, diawali dengan membuat sketsa menggunakan pensil sesuai keinginan yang akan dibuat. Bentuknya tidak harus teratur seperti batik umumnya namun bebas.
Ø Selanjutnya, beri warna dengan crayon motif-motif yang telah digambar tadi. Dalam mewarnai tidak boleh terlalu tipis dan juga tidak terlalu tebal. Pemilihan warna juga perlu diperhatikan, yaitu sebaiknya menggunakan warna yang cerah.
Ø Setelah itu barulah siapkan cat air pada palet serta kuas yang akan digunakan. Cat air akan berfungsi sebagai warna dasar yang akan mengisi daerah kertas yang kosong. Namun, warna yang digunakan harus kontras dengan warna crayon tadi agar terlihat jelas antara latar belakang dengan motif batik.
Ø Langkah terakhir tinggal menyapukan cat air tersebut ke semua permukaan gambar.

Dengan beberapa langkah tersebut sudah dapat menghasilkan batik sederhana walaupun dengan teknik sederhana. Berdasarkan proses pembuatannya, dapat dilihat bahwa penggunaan cat air pada bidang yang penuh dengan warna, maka warna pada crayon akan tetap terlihat dan tidak tertutupi oleh cat air. Sedangkan pada bidang yang kosong atau tidak tertutupi warna, cat air akan menyatu. Hal ini telah membuktikan bahwa crayon tidak bisa bersatu dengan cat air. Crayon tersebut dapat disebut perintang dan cat air sebagai pewarna dan medianya adalah kertas. Dengan pembelajaran seperti itu siswa akan dapat menemukan sendiri sifat-sifat kedua benda tersebut. Hal ini telah menunjukkan pelaksanaan kurikulum 2013 khususnya di SD.

Minggu, 09 Maret 2014

Kuliah Kerajinan Tangan dan Seni Rupa



Pengkategorian Seni Rupa
          Seni merupakan alat ekspresi manusia yang memiliki nilai keindahan tersendiri meskipun dalam media yang berbeda dan hasil yang berbeda. Pada perkembangannya ada teori seni rupa barat yang dibuat oleh kelas social pekota. pada umumnya seni terbagi menjadi dua yaitu seni rupa murni (fine art) dan seni rupa terapan (applied art). Seni rupa murni adalah seni rupa yang dikembangkan untuk dinikmati unsur keindahan atau estetiknya saja. Seni ini mengutamakan sifat keindahan daripada kegunaan dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itulah seni rupa murni sering juga disebut seni visual.  Sedangkan seni terapan adalah seni yang mengutamakan nilai fungsional disamping juga nilai seni yang dimilikinya. Namun karena adanya perbedaan kelas sosial pendapat tersebut ditentang oleh golongan pekota. pendapatnya dianggap tidak sesuai dengan pendapat golongan pedesa. Golongan pedesa jika bisa menghasilkan sebuah karya seni yang memiliki nilai keindahan maka ia sah-sah saja untuk disebut tukang, perajin dan yang lainnya. Mereka tidak akan menuntut sebutan yang macam-macam karena yang terpenting adalah hasil karya yang dibuat. Berbeda halnya halnya dengan orang pekota, jika membuat suatu karya seni maka ia harus menyebut dirinya sebagai seniman, artis, aktor dan lain sebagainya. Ia tidak menerima sebutan seperti orang pedesa karena ia merasa kelas sosialnya lebih tinggi.
          Berdasarkan perbedaan tersebut, ada sebuah pernyataan yang menyebutkan apakah hasil karya seni tersebut sama kualitasnya. Setiap orang memang memiliki kreatifitas masing-masing. Penilaian setiap orang tentang karya seni juga berbeda-beda. Maka dari itu kelas sosial bukan satu-satunya penentu baik tidaknya suatu karya. Ada golongan pedesa yang bisa menghasilkan sebuah karya yang lebih daripada golongan pekota. jika kedua golongan tersebut bertukar posisi dalam mencari objek, bukan tidak mungkin kedua golongan tersebut bisa menghasilkan karya yang sama. Sebagai contoh, golongan pedesa yang biasa melukis pemandangan, akan bisa juga melukis suasana kota yang ramai, begitu pula dengan golongan pekota yang bisa melukis pemandangan. Dapat disimpulkan sebenarnya sama saja, yang membedakan hanya kelas sosial menurut golongan tertentu. Bagi yang tidak mementingkan kelas sosial terasa sama saja.
          Berikut akan dijelaskan lebih lengkap tentang seni rupa murni dan seni rupa terapan.
1)    Seni rupa murni (fine art)
Seni yang mengutamakan keindahan, contohnya :
ü  Seni lukis
ü  Seni patung
ü  Seni arsitektur
ü  Seni pahat
ü  Seni graffiti
ü  Seni kaligrafi
ü  Seni dekorasi
ü  Seni grafis
ü  Seni fotografi
ü  Seni ukir dan lain sebagainya

2)    Seni rupa terapan (applied art)
Seni yang mengutamakan fungsional, contohnya:
ü  Seni bangun
ü  Seni tenun
ü  Seni kriya
ü  Seni batik
ü  Baliho
ü  Seni reklame
ü  Seni fotografi
ü  Seni ukir dan lain sebagainya
Dalam contoh kedua jenis seni rupa tersebut, ada seni yang memiliki dua fungsi sekaligus. Karena seni tersebut memiliki unsur keindahan dan memiliki unsur fungsional juga. Pada penerapannya sekarang di sekolah, seni rupa lebih mengacu pada seni budaya yang biasanya menyangkut lebih dari satu hal. Namun hal ini sering terjadi perubahan seiring dengan berubahnya system belajar yang berupa kurikulum di sekolah. Dapat diambil contoh, dulu pernah diterapkan mata pelajaran kertangkes (kerajinan tangan dan kesenian),  namun berupah menjadi kesenian, atau seni budaya. Sebenarnya hal ini sedikit membingungkan bagi guru terutama di SD.
          Berbicara mengenai seni rupa di SD maka sangat perlu dibahas lebih mendalam tentang seni rupa anak-anak. Berikut penjelasannya.
SENI RUPA ANAK-ANAK
          Pada umumnya semua anak bisa menggambar, bahkan yang memiliki keterbelakangan mental sekalipun dan semua anak memang melalui tahap ini. Menggambar memiliki banyak fungsi bagi anak-anak diantaranya dapat mendeteksi kelainan pada anak serta gangguan pikiran yang dialami anak yang biasanya ia tuangkan di gambar. Selain itu juga dapat menentukan umur anak karena pada umumnya gambar anak akan berbeda sesuai dengan tingkatan umur anak. Disinilah seorang guru harus bisa menilai dengan baik hasil karya anak. Jangan sampai tidak memberika apresiasi yang positif pada anak yang dapat menyebabkan semangatnya turun. Gambar pada anak memang bertahap sebagai bentuk perkembangan. Misalnya, saat ia TK ia otomatis akan dapat menggambar gunung, entah itu berasal dari penglihatan sendiri maupun contoh dari temannya dan saat proses itu berlangsung anak akan memanfaatkan alat yang ada di sekitarnya. Namun hal tersebut juga perlu pengawasan khusus dari orang tua.
Demikianlah pembahasan mengenai pengkategorian seni rupa serta seni rupa anak-anak. Semoga postingan ini bermanfaat.
BY : NI PUTU EKA MAHENDRAWATI